( Part-1)
Hitam. Hanya itu yang kulihat. Dimanakah aku? Sulit untuk mataku yang kecil ini untuk melihat sekelilingku. Ah gelap sekali di sini. Namun kegelapan ini membawa kehangatan di seluruh tubuhku. Rasanya sangatlah nyaman, meski tubuhku tidak mengenakan sehelai benangpun. Sunyi. Itu pula yang kurasa. Apakah di sini tidak ada seorangpun? Namun samar-samar aku mendengar suara seorang pria dan wanita..
"Aku kan sudah bilang!! Seharusnya dari dulu saja sudah kau buang dia jauh-jauh!!", kata seorang pria.
"Aku tidak tahu bahwa kejadiannya akan seperti ini!! Kau jangan terus-menerus menyalahkanku!!", balas seorang wanita.
Kira-kira apa yah yang mereka bicarakan? Aku tidak mengerti. "Hey apa yang kalian bicarakan??", aku berteriak dan berharap mereka mendengar teriakanku.
"Sekarang kalau sampai semua orang tau bagaimana bentuknya, siapa yang akan malu?!!! AKUU !!! AKU AKAN SANGAT MALU !!!", teriak si pria lagi.
Huff. Nampaknya teriakanku sia-sia. Mereka tidak bisa mendengarku. Aku jadi penasaran sebenarnya dimanakah aku ini dan siapakah mereka.
"Kau pikir aku tidak malu?!!! Aku juga sangat malu nantinya! Sekarang saja aku sudah seram membayangkan bentuk dan rupanya!! Dia akan berbeda dengan lainnya!! Ini semua salahmu!! Kau bilang dengan obat itu saja, semua akan selesai!! Namun nyatanya?!! Dia masih ada!!"
"Mana aku tahu bahwa dia begitu kuat di sana!! Setelah itu aku pun menyuruhmu untuk melakukan cara lain namun kau menolaknya! Jadi jelas sudah itu semua salahmu!! Sudah aku capek berdebat denganmu! Aku mau tidur!!"
Suasana menjadi sunyi senyap. Samar2 aku mendengar suara si wanita berbicara perlahan sambil terisak. Katanya, "Maafkan aku.. Aku sungguh tidak tahu ini semua akan berakhir seperti ini.. Semoga kamu bisa tabah". Kemudian aku merasakan ketenangan dari sini. Begitu hangat dan nyaman sehingga aku tertidur.
Esok paginya, aku terbangun karena aku merasakan ada yang aneh dengan tubuhku. Aku bergerak perlahan mencari posisi yang enak untukku dapat melanjutkan tidurku. Nampak sangat sempit tempat ini. Tak sengaja aku pun menendang suatu sudut dari tempat ini dan terdengar teriakan seorang wanita. Dari kata-katanya menyiratkan kekesalan. Maafkan aku, aku tidak sengaja. Aku hanya ingin mencari posisi yang enak untukku melanjutkan tidurku.
Setiap hari hanya itu yang ku lakukan, ku rasakan, ku lihat, dan ku dengar. Sampai pada suatu hari, ketika aku sedang memutar-mutarkan tubuhku, aku merasa ada yang aneh pada tubuhku. Satu kakiku dapat bergerak dengan bebas, namun satunya? Terasa beda. Aneh. Atau memang semua sama sepertiku? Ah ya mungkin semua sama atau mungkin ini hanya perasaanku saja.
Suatu hari, aku merasa sudah tak kerasan berada di sini. Aku ingin pindah. Meski aku tidak tahu dimanakah aku sekarang, yang jelas aku ingin keluar!! Aku ingin ke tempat lain. Beberapa saat kemudian, aku melihat setitik cahaya. Kemudian secara perlahan, kepalaku mulai melihat warna-warni dan silaunya lampu. Ah panas! Mengapa di sini sangat panas? Aku ingin tempat yang seperti sebelumnya! Hanya saja aku ingin tempat yang lebih besar. Karna keinginanku tak di dengar, akhirnya aku menangis dengan keras.
Aku menjerit. Aku melihat seorang wanita yang menggunakan masker pada mukanya membawaku kepada seorang wanita lain. Wanita itu terlihat begitu lelah, terlihat dari raut muka nya yang lelah dan banyak peluh yang membasahi mukanya. Wanita itu hanya melirikku sebentar lalu menyuruh wanita bermasker itu untuk membawaku pergi.
Ah suara itu!! Suara yang sering ku dengar setiap hari. Tapi siapa yah dia? Apakah dia ibuku? Karena sebelum aku berada di tempat gelap itu, Tuhan berpesan kepadaku bahwa nanti ketika saatnya aku melihat terang, aku akan bertemu seorang wanita yang penuh dengan peluh di tubuhnya. Ah jadi dia ibuku? Aku ingin berterima kasih kepadanya karena pernah memberikan aku kehangatan dan telah mengabulkan permintaanku untuk keluar dari tempat yang sempit dan gelap itu. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku seakan memohon kepadanya untuk menggendongku. Namun dia membuang mukanya dan menatap kearah lain. Wanita bermasker aneh ini membawaku kesuatu ruangan cukup besar.
Di dalam ruangan itu terdapat banyak kotak. Dari luar kotak itu, aku dapat melihat kedalam isi kotak itu. Kemudian wanita bermasker itu meletakkan aku ke dalam salah satu kotak itu. Ah aku suka di sini. Di sini sangatlah hangat dan tempatnya pun lebih besar dari sebelumnya. Juga di sini pun terang tidak lagi gelap. Aku memperhatikan sekelilingku. Nampaknya mereka sama sepertiku. Aku memperhatikan mereka satu per satu. Mereka semua tampak sama. Bagaimana denganku? Samakan aku dengan mereka? Aku memperhatikan diriku sendiri. Tidak! Aku tidak sama dengan mereka! Aku berbeda!!
Mengapa aku berbeda dengan mereka?? Aku jadi teringat kata-kata wanita itu. Dia berkata bahwa aku akan berbeda dengan lainnya. Ada apa dengan diriku ini? Aku bingung. Aku menjadi kesal sendiri dan menangis dengan keras. Seorang wanita datang, dia mirip dengan wanita bermasker itu. Atau itu memanglah dia? Dia membawa cairan berwarna putih. Apakah itu? Apa itu obat yang pernah ibuku sebut-sebutkan? Jangan-jangan obat itu yang membuatku berbeda dengan yang lain? Aku tidak mau!! Aku tidak mau obat itu lagi!!! Aku menangis semakin keras. Dia tersenyum dan mengeluarkan aku dari kotak itu. Dia mengayun-ayunkanku. Aku menjadi mengantuk dan dikala aku hampir terlelap. Tapi aku kembali terjaga ketika aku merasakan ada sesuatu yang masuk kedalam mulutku. Aku melihat ia tersenyum lembut kearahku, aku merasa tenang dengan senyumnya dan terlelap sambil menelan cairan putih yang rasanya cukup manis.
Aku merasa cukup lama berada di dalam kotak ini. Ntah berapa lama, karna aku masih belum mengerti tentang itu. Selama aku berada di dalam kotak ini, aku tidak pernah melihat ibuku lagi. Dan dimanakah orang yang akan ku panggil ayah? Tuhan bilang, kalau nanti aku sudah bertemu dengan ibuku, aku juga akan melihat ayahku. Aku ingin sekali bertemu dengan mereka atau setidaknya salah satu dari mereka saja. Aku mohon ya Tuhan. Sekali saja. Aku mohon.
Tak lama kemudian, aku merasa bahwa tubuhku bergerak. Tunggu. Bukan! Bukan tubuhku yang bergerak, melainkan kotak ini yang bergerak. Kemanakah aku akan di bawa? Aku yang kebingungan hanya melihat cahaya yang terang di atas sana. Ternyata aku di bawa ke ruangan lain. Sudah sangat ramai orang di ruangan itu. Ketika kotak ini berhenti, banyak orang yang mengelilingiku. Yang mana yah ayahku? Aku memperhatikan muka mereka satu persatu, aku ingin menyapa mereka namun aku tak mampu, maka aku hanya tersenyum kepada mereka. Tapi apa yang ku dapat? Mereka mengalihkan pandangan ke ibuku. Bahkan salah satu dari mereka berteriak ke ibuku.
"Dasar!! Cuma bikin malu keluarga!! Apa kata orang nanti kalau mereka tahu kalau cucu pengusaha besar dan kaya raya ternyata cacat!! Mau ditaruh dimana muka mama sayang???!!!", kata seorang wanita paruh baya ke ibuku. Mungkin dia yang ku sebut nenek, karena tadi dia menyebutkan bahwa dia adalah ibu dari ibuku.
"Sudah bawa saja dia ke panti asuhan. Jika ada yang bertanya, bilang saja bahwa anak itu sakit-sakitan dan pada akhirnya meninggal. Nanti papa akan suruh orang lain untuk mengantarnya ke panti asuhan di luar kota", kata seorang lelaki paruh baya dengan tenang.
"Iya itu ide yang sangat bagus!! Sudah jangan lagi kamu pikirkan soal anak ini, biar papa dan mama yang mengurusnya! Kamu cukup mengikuti skenario yang kami buat! Dan lain kali, jangan lagi kamu melakukan hal seperti ini!! Dengan mengetahui kamu hamil saja, kamu sudah membuat aib bagi keluarga!! Ditambah lagi pacarmu itu sama sekali tidak bertanggung jawab!! Mana dia sekarang? Palingan dia kabur!", kata nenek ku ketus.
"Maafkan aku, Ma. Aku khilaf waktu itu. Lagipula dia pun berjanji akan menikahi aku setelah anak ini lahir."
"Iya tapi mana dia sekarang??!! Apa kamu tahu dia ada dimana?? Mengapa waktu kamu melahirkan anak ini dia tak ada?? Lagipula dia pun tidak bisa merawatmu dengan baik semasa kamu hamil!! Mana mungkin dia bisa menjadi suami yang baik?!"
"Sudahlah, Ma. Jangan diteruskan lagi, biarkan anakmu itu istirahat. Dia masih lelah dan juga shock melihat anaknya. Masalah lelaki kurang ajar itu, biar papa yang urus."
"Gak usah, Pa!! Gak perlu repot-repot mencari laki-laki itu!! Mama sudah berubah pikiran. Mama tidak akan menikahkan mereka berdua, setelah anak kita benar-benar pulih, kita kirimkan saja dia ke Belanda. Di sana dia bisa tinggal bersama paman dan bibi nya!"
Aku mendengar suara isakan dari seorang wanita. Ketika aku menoleh, ternyata ibuku sedang menangis. Melihatnya, aku menjadi sedih. Aku pun ikut menangis. Sedikit banyak aku mengerti apa yang mereka bicarakan sedari tadi.
Ibuku menghampiriku. Ah ini yang ku tunggu-tunggu sejak dulu. Aku berharap dia menggendongku, memelukku dan berkata bahwa dia akan merawatku. Dan iya dia menggendongku. Air mata nya menetes. Ibu meminta maaf padaku. Karena dia sudah membuatku seperti ini. Belum selesai ibu berbicara, seorang wanita bermasker datang. Sepertinya nenekku yang memanggilnya untuk membawaku pergi.
"Tunggu!! Jangan pisahkan aku dan ibuku dulu! Aku ingin dengar dia berkata bahwa dia yang akan merawatku!!", aku berteriak sekuat tenaga. Namun hasilnya sia-sia belaka. Dan aku hanya bisa menangis.
Aku tak menyangka hari itu adalah hari terakhirku bertemu dengan ibuku. Aku merindukannya.
***
Bertahun-tahun sudah berlalu. Kini aku tumbuh menjadi seorang remaja yang cukup sehat. Tapi tidak untuk beberapa bagian tubuhku. Sekarang aku sudah lebih tahu tentang diriku. Aku kini adalah seorang gadis berumur 15 tahun. Aku tumbuh di sebuah panti asuhan kecil di sebuah kota kecil. 15 tahun bukanlah waktu yang singkat. Banyak cercaan dan sindiran yang sering kali aku terima. Ah iya aku lupa mendeskripsikan tubuhku ini.
Aku lahir dengan keadaan cacat. Kaki kananku tumbuh normal, namun tidak pada kaki kiriku. Tidak sampai selutut kaki kiriku tumbuh, sangat pendek. Aku memerlukan tongkat untuk berjalan, namun karena kota ini sangat kecil dan tekhnologi pun masih belum maju, maka tidak ada tongkat yang bisa kupakai. Selama ini aku berjalan menggunakan sebuah bambu yang sudah disulap menjadi tongkat oleh ibu panti yang ku panggil bunda.
Lalu tanganku pun tidak tumbuh sebagaimana mestinya. Tanganku kebalikan dari kakiku. Tangan kiriku tumbuh dengan normal, namun tangan kananku tidak tumbuh secara normal. Hanya sampai batas ketiak dan tidak ada jari-jari di ujungnya. Telingaku pun tidak dapat mendengar suara dengan jelas, namun 80% aku masih bisa mendengar. Bicaraku cukup lancar dan mataku dapat melihat dengan jelas. Kulitku pun terbilang cukup putih dan parasku pun tidak jelek-jelek amat. Aku tetap bersyukur akan hal itu.
Waktu terus berjalan. Jika kalian bertanya, apakah aku bahagia? Aku dapat berkata, aku bahagia. Meski dengan keadaanku yang mungkin bagi sebagian besar orang sangatlah buruk, tapi aku masih bersyukur ada Bunda dan anak-anak panti yang selalu menyayangi dan memperhatikanku. Dan apakah aku tidak penasaran akan keberadaan orang tuaku? Aku jawab, TIDAK!! Mereka sudah membuangku dan mereka yang menjadikan aku seperti ini. Aku tidak lagi mau bertemu dengan mereka! TIDAK AKAN PERNAH!!!
Suatu pagi yang cerah, aku yang sedang melukis di halaman depan cukup terkejut dengan kedatangan seorang wanita. Wanita itu memiliki kulit yang cukup putih, hampir sama dengan warna kulitku, hanya saja kulitnya lebih halus terawat. Wanita berambut bergelombang dengan warna agak kecoklatan itu, tampak sangatlah cantik dengan paduan white long dress dan blazer yang ia gunakan. Tubuhnya sangatlah langsing. Pasti orang kaya, pikirku. Dia menyapaku dengan ramah, suaranya sangatlah lembut. Aku terpana dibuatnya.
"Permisi, Dik. Apakah Ibu panti ada? Bisakah saya bertemu dengannya?", tanyanya sopan.
"Oh.. Bunda ada kok di dalam, tante.", sebentar ya saya panggilkan.", aku meletakkan kuas yang sedang kupakai untuk melukis ini dan secara perlahan mengambil tongkat bambu kesayanganku dan bangkit berdiri perlahan. Tiba-tiba...
"Ah..", wanita itu tampak terkejut, "ada apa dengan tangan dan kakimu nak?" wanita itu tampak sangatlah terkejut. Terlihat jelas dari raut mukanya.
"Oh.. Ini.. Hmm..", aku agak bingung bagaimana menjelaskannya. Karena aku sendiripun tidak tahu dengan pasti mengapa tangan dan kakiku bisa seperti ini.
"Aku pun tidak tahu, Tante. Kata Bunda, sejak lahir aku sudah seperti ini. Sebentar ya aku panggilkan Bunda." aku langsung berjalan secepat yang aku bisa. Karena aku tidak mau mengingat-ingat lagi kejadian masa laluku. Itu membuat hatiku sangat pedih. Sewaktu aku berjalan, aku sempat menoleh kebelakang, wanita itu tampak sangat sedih melihat keadaanku. "Aku tidak perlu dikasihani!!", umpatku dalam hati.
Setelah aku memanggil Bunda, aku langsung masuk ke kamarku. Bunda menemui wanita itu di halaman depan. Untung saja kamarku terletak cukup dekat dengan halaman depan, jadi sedikit-sedikit aku bisa mencuri dengar.
"Iya benar, dialah anak itu", kata Bunda
"Jadi..Benar itu dia?", tanya wanita itu memastikan. Tak lama kemudian terdengar suara isakan.
"Apakah aku boleh membawanya bersamaku?", tanya wanita itu.
"Lebih baik kita bicara diruanganku saja ya", pinta Bunda. Mungkin bunda tersadar bahwa ada aku di dalam kamar atau mungkin ia baru saja mengingat bahwa kamarku ada di dekat sana dan mungkin saja aku mendengar obrolan mereka.
***
"Syena..", sapa Bunda lembut seraya masuk kedalam kamarku.
Aku hanya berpura-pura bahwa aku tidak mendengar apa-apa dan berlaku seperti biasanya. "Iya, Bunda? Ada apa?"
"Bunda ingin bertanya kepadamu. Apakah kamu senang tinggal di panti ini?", tanya Bunda dengan raut muka yang sangat serius.
"Duh.. Bunda ini ngomong apa toh? Ya jelas aku sangatlah senang tinggal di sini. Bersama Bunda dan saudara-saudaraku yang lain.", jawabku sambil memberikan senyum yang terpaksa pada Bunda.
"Syena sayang...", raut muka Bunda tampak sedih, sambil mengelus rambutku yang cukup panjang ia melanjutkan, "apakah kamu tidak ada keinginan untuk bertemu dengan keluargamu??"
"TIDAK, Bunda!! Aku tidak ingin bertemu dengan mereka!! Mereka jahat sama aku!! Terutama orang tuaku!! Mereka kan yang membuatku seperti ini??!! Aku benci mereka!! Aku bencii !!!", amarahku naik. Aku buru-buru mengambil tongkatku dan berjalan keluar kamar.
Di luar kamar, aku berpas-pasan dengan wanita yang datang itu. Air mata sudah menetes deras dari matanya. Aku merasa bahu ku di sentuh seseorang, aku menoleh kebelakang. Ternyata Bunda sudah berdiri di belakangku.
"Syena.. Kamu tidak boleh berkata seperti itu. Dengarkan Bunda ya sayang.. Orang tua mu tidak jahat. Mereka sayang sama kamu, sampai-sampai mereka mencarikanmu tempat yang baik untuk kamu tinggal."
"Kalau mereka sayang sama aku mengapa mereka membuangku ke sini??!!"
"Mereka tidak membuangmu sayang.. Kata siapa mereka membuangmu? Kalau kamu berkata seperti itu, berarti kamu menganggap bahwa tempat ini adalah tempat pembuangan? Kamu salah Syena. Tempat ini bukan tempat seperti itu."
Aku yang masih tertegun mencerna kata-kata Bunda, terkejut dengan pelukan dari wanita itu. "Maafkan Ibu sayang.. Ibu benar-benar tidak bermaksud untuk membuangmu. Ibu terpaksa dengan keadaan. Sehingga ibu menitipkanmu di sini. Maafkan ibu ya? Sekarang, Syena mau kan ikut ibu dan tinggal bersama ibu?"
Aku cukup terkejut sekaligus bingung. Tuhan.. Aku masih belum siap untuk bertemu ibuku. Perasaanku menjadi tak karuan. Antara bingung, sedih, senang, kesal, dan benci. Jujur, aku cukup senang dapat melihat wajah ibuku. Tapi aku benci dia!! Aku tak sanggup memaafkannya!! Dia terlalu kejam bagiku!!
Apakah aku harus memaafkannya? Orang yang sudah membuatku seperti ini dan menanggung malu sepanjang hidupku ini? Menanggung segala hinaan dari orang-orang sekitarku. Bukanlah hal yang mudah untukku dapat menerima kenyataan akan keadaan diriku ini. Sampai pada akhirnya Bundalah yang memberikanku pengertian. Apa aku harus memaafkan ibuku?
***
44 comments:
waduh...ceritanya,,,,jd inget masa SMP dlu. :(
bs di bilang oke!!!
gw tunggu part 2ny :D
ugh,...
keren banget... :(
mana part 2 nyaaa *pukul2 meja karna ga sabaran
ngga bisa komen dech kalo yg ini, :( :( :(
bagus banget cerpen nya...
sukses ya say...^^
gbisa komen saking sedihnya hikz, :(
just wanna say, Sentuhan jarimu di tuts keyboard bisa mencerahkan, menyedihkan, menggembirakan orang lain, keep sharing beib...
nice... :)
ceritanya menarik,,,novelis ya?..
kenapa gak langsung u kirim naskahnya ke penerbit buku?
siapa tau diterima?
meskipun ga baca sampe slesai . .
uda tau critanya baguss . .
calon pnulis berbakat niy :P
sukses yak !
Wuhuuu .... ceritanya serem ... kasian anaknya ...
haaaaa...kasian anaknya...hweee...
sidih bacanya. keren uy! hhe
wow...
what a nice story!
hoho....
ni aku jg lagi mau bikin project bwt blog khusus cerpen. hehe...
mohon bantuannya ya~...
yoroshiku onegaishimasu... ^0^
(sok jepang)
hahaha,,,,
kerennnnnnnnnn uey....... sipppp
whoa, bagus juga ceritanya... klo dah diupdate lanjutannya kasi tau ya, pengen baca :)
part 2 na mana?
dah nggu neh XD~
nice work =D
kok sedih banget sihhh..hiks
keren neng cerpen ente tapi sayang bacanya aku harus pasang mata bener tulisan sama background mirip sih... :)
wat the wat the wat the...
penasaran part 2 nya T_____T
"Syena.. jangan pulang sekalian..!!"
*loh..
Salut bisa bikin cerpen kek gini. Top markotob *2 thumbs-up*
baguss.
suka nulis ya?
Keren banget!Two thumbs up!
Waitin' for the part 2..;)
Critanya dalem..
Huhuhu..
Pnsran dech..
Dtggu lnjutannya, yaaa..! :)
Brbkat nich!
CHEERS!
The next Big Things!
Superb ^^
Mengharukan
Uda kayak comment di belakang sampul novel asli aja gw haha..sukses buat cerpennya sis
Wah, ceritanya lumayan sedih ya... :(
keeeerrreeennn
part 2 ny mn????
*menunggu MODE 0N
great, u r so talented. :)
what a great story..
dibikin novel say,..
bagusssssss...^^
hhehhehee,,,
ak jga ge buat crta neh.
hehe,, ad wktu mampir yawww
wahh ceritanya asikkk lho , seru , bagus deh jalan ceritanya . cihoiii !
part 2nya d tunggu mbak pink :)
"Apakah aku harus memaafkannya?" sulit aku jawab jika ditanyakan padaku,aku sendiri sulit memaafkan orang yang melukai perasaanku,tapi harus dicoba sekuat tenaga, kata orang bijak memaafkan lebih baik daripada memendam rasa dendam..
waa,, kamu bikin sendiri yaa??
bagus tuh..
aku tunggu lanjutannyaa yaa... :D
2Bagooooes Liphooooo!!!
Acung 4 jempol....ma kaki jg...XD
Liphooooooo......
Lu jd pnulis aja...
XD
Kan bs part time Lipho...
Masukin mjlh ja..XD
Smngaaaat!!!
Sachan
waw..bagus bnget ceritanya, buat sendiri yach,
knapa ga coba dibawa ke penerbit aja ^^
waduh...kapan aku bisa bikin tulisan spt ini ya..
kapan naik cetak nih..hehe
Sudah kubaca...hehehe
Ow..jadi waktu didlm kndungan dan masih bayi kyk gtu y..hehe
wah..bagus ceritanya..coba diserahin ke penerbit aja ato ke majalah...
boleh jg, menambah referensi nih.....
ga bisa berhenti baca...
lanjut...
oh iy, sampe lupa
salam kenal ya :)
ibu.....
hmm....
satu kata ini yg membuat saya trenyuh.
yea, like that I think, Actually I can't describe it clearly.
yah, keep ur spirit up! bisa jadi penulis nih, hahaha... =D
wih..keren"
baru baca part 1 udah ketagihan...
besok gw lanjutin
asik-asik. belum dibaca semua sih. tapi tar gue terusin. part 4 nya ditunggu yah!
ceritanya bagus! jadi pengen baca lagi! hehehe.. sukse:')
Siip lah ceritanya.
Aku tunggu kemenangannya yaa.
Keep your good work...
Cheers, frizzy.
aduh gila keren bgd c cerita na .
gag bsa berhenti baca nee .
XD
keren!
Post a Comment