Finally, I finished my last part of my story ^^ Well, mungkin banyak yang belum tau yak kalo ini bagian terakhir dari ceritaku :) Coba di baca dulu aja ceritanya, abis itu baca komen dari piNk buat kalian di bawah :)
Part-4
“Dia itu... a.. a... ayah kandungmu.”, jawab ibuku terbata-bata. Dia tampak sangat terkejut dan tidak siap untuk menerima kenyataan bahwa ia harus bertemu kembali dengan orang itu.
Semua tercengang kaget. Aku, Jane, dan ibunya Jane. Kami sangat terkejut sampai tidak bisa berkata-kata dan hanya menunggu ayahnya Jane untuk mengeluarkan sepatah dua patah kata untuk mengiyakan itu semua atau malah membantah itu semua. Dalam benakku, aku berharap ibuku salah orang. Tapi apa mungkin?? Batinku bertanya dalam kebingungan.
“Pa, apa ituu bener pa???”, tanya Jane tidak sabar.
Ayahnya Jane melihat anaknya, dan ia hanya mampu menjawab dengan lemah. “Iya sayang.. Itu benar..”. Pandangan ayahnya beralih ke ibunya. Tampak ibunya Jane sangat terkejut dan terpukul dengan terungkapnya kejadian ini.
Aku yang sangat terkejut, tak lagi mampu berdiri di sana. Aku berlari keluar sekencang yang aku bisa. Aku ingin menangis, tapi aku tak bisa. Karna dalam hati ini, aku pun marah, kesal, dan benci. Ibuku berlari ke arahku. Ia mengejarku dan kemudian mengajakku masuk ke dalam mobil.
Dalam perjalanan pulang, hanya keheningan yang ada di antara kami. Raut muka ibu pun tidak seperti biasanya. Aku enggan berkata apa-apa. Karna banyak yang ingin ku tanyakan pada ibu, namun aku takut dia akan marah karena apa yang baru saja ia lihat.
Sesampainya kami di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar. Aku merebahkan diri di atas kasurku dan mulai mencoba berpikir. Jane dan aku hanya terpaut satu tahun. Maka secara logika, pasti ibunya Jane itu merebut orang yang seharusnya menjadi ayahku. Karena perbedaan usia antara aku dan Jane yang tidak terpaut jauh. Ibunya Jane memang cantik, tapi ibuku pun tak kalah cantiknya. Apa kurangnya ibu? Dia baik, pintar, bertanggung jawab, dan benar-benar sangat pantas untuk menjadi istri yang baik. Namun, kenapa ayah malah lebih memilih wanita itu dibandingkan ibuku? Aku jadi benci dengan ibunya Jane. Dia pasti yang memulai untuk merayu-rayu ayah terlebih dahulu! Dan juga Jane! Karena Jane adalah anak dari wanita yang merebut ayahku. Jane yang ternyata adalah saudara tiriku,aku gak bisa menerima itu! Aku benci mereka! Aku benciiii !!! Aku mengepalkan kedua tanganku dan memukul-mukul kasurku. Ingin sekali aku langsung saja memukul mereka! AKU BENCI MEREKA! Dan aku tidak akan lagi mau berteman dengan Jane, anak dari wanita yang tidak tahu diri itu!
Aku tertidur. Sepertinya aku terlalu lelah sampai-sampai aku tertidur. Ketika ia bangun, hari sudah mulai gelap. Ibunya mengetuk pintu kamarnya dan mengajaknya untuk makan. Awalnya, aku tidak ingin makan. Tapi karena ibu memaksaku untuk makan, akhirnya aku luluh dan keluar kamar untuk makan malam bersama ibu.
“Syena.. Setelah makan, kamu mandi ya sayang. Kamu pasti belum mandi kan? Lalu setelah itu, kamu bereskan baju-bajumu. Kita akan pergi untuk berlibur.”
“Berlibur, Ma? Mana bisa aku berlibur dalam keadaan seperti ini. Aku tidak ingin kemana-mana!”
“Syena, kita harus pergi. Karna mama yakin, sepulang dari liburan nanti, kamu pasti akan merasa lebih tenang. Ya sayang? Mama kan juga mau berlibur dari kegiatan kantor mama.”, rayu ibuku.
Aku yang tidak tega melihat ibuku yang mungkin juga membutuhkan penyegaran, akhirnya mengiyakan ajakannya untuk berlibur. Aku tak tahu mau kemana kami pergi, karena ibu bilang ini masih rahasia. Ibu hanya berpesan, beberapa barang yang harus ku bawa seperti celana pendek dan juga jaket.
Aku memberesi barangku dengan keadaan yang bingung. Heran. Kemana ibu akan membawaku pergi ya? Tidak seperti biasanya ia menjadi penuh misteri seperti ini. Pukul 9 malam, ketika aku sedang menonton televisi. Aku merasa ngantuk kembali. Entah kenapa, tapi mungkin karena seharian ini aku berpikir keras untuk beberapa hal. Dan itu membuat otakku penat dan terasa mengantuk. Itu hanya asumsi ku lho. Tapi memang harus ku akui, aku ini hobby tidur juga.
***
“Syenaaaa ayoo cepatttttt!!”, teriak ibu dari luar.
“Iya. Sebentar, Maaaa”, teriakku dari dalam. Aku berlari keluar sambil membawa bawaanku. Mama menyambutku dan bibi ku memasuki bawaanku kedalam bagasi mobil.
Kami berangkat dengan perasaan senang sekaligus bingung, sedih, kesal, dan sebagainya. Kalau perasaanku harus ditambah perasaan penasaran, karena aku tidak tahu kemana aku akan pergi. Berulang kali aku bertanya pada ibu di dalam mobil, tapi ia tidak menggubris pertanyaanku dan hanya tersenyum ke arahku. Senyum kemenangan seorang ibu yang telah berhasil membuat anaknya penasaran. Aku memperhatikan jalan, kiri dan kanan. Aku rasa, aku tidak pernah ke sini. Lalu, ibu menghentikan mobilnya di sebuah dermaga. Aku heran, kemana kita akan pergi. Aku tidak bertanya lagi kepada ibu, karena aku tahu, ia pasti tidak akan menjawab pertanyaanku. Maka aku hanya diam mengikutinya. Kami masuk ke sebuah kapal, cukup indah interior dalam sini. Tak lama kemudian, kapalpun berangkat dari dermaga tadi. Kapal berjalan mengarungi ombak laut yang saat ini sedang tenang.
Lima belas menit berlalu dari keberangkatanku. Aku telah tiba di sebuah pulau, yang menurutku cukup asing bagiku. Entah apakah pulau ini ada masuk di dalam peta atau tidak. Aku bertanya pada ibu, “Ma, ini pulau apa namanya?”
“Hmm.. Pulau ini dulu bernama CIN. Pulau ini di beli oleh kakekmu dan di ganti namanya dengan nama mama. Setelah kakekmu meninggal, ia mewariskan pada mama pulau ini. Dan mulai detik ini, mama akan mengganti nama pulau ini dengan namamu. Pulau Syena.”, ujar ibuku sambil membelai rambutku.
Pulau Syena? Hmm.. Tampak agak aneh di telinga. Namaku memang kurang cocok untuk di jadikan nama pulau sepertinya. Setelah itu, kami di antar oleh salah seorang penjaga pulau ini ke sebuah rumah kayu. Rumah ini tampak mewah namun masih tersimpan rasa kesederhanaannya. Rumah yang sangat bagus sekali. Aku suka rumah ini. Aku meletakkan barang-barangku, lalu aku meminta ijin dari ibu untuk berjalan mengelilingi pulau.
Pulau ini memang tidak terlalu besar, namun tampak indah dengan banyaknya bunga-bunga di sini. Tampak bunga mawar yang lebih mendominasi di sini. Berbagai jenis mawar ada di sini, dan aku paling suka dengan mawar yang berwarna pink. Bunga yang sangat terkesan manis. Selain mawar, ada juga bunga tulip. Benar-benar indah sekali di sini. Kalau saja aku bisa tinggal selamanya di sini, aku pasti mau sekali.
Aku berjalan-jalan mengelilingi pulau dan aku berhenti di suatu tempat yang memiliki bangku. Aku terduduk di sana. Aku merenungkan kejadian-kejadian yang baru saja aku alami. Haruskah aku membenci Jane juga? Jane memang nampak tidak bersalah. Tapi tetap saja, Jane adalah anak dari wanita tidak tahu diri itu!
Ketika aku sedang asik berpikir dan merenung, ibu menghampiriku. Dan bertanya, “Kenapa murung sayang? Kamu gak suka pulau ini ya?”
“Bukan gitu, Ma. Aku suka pulau ini. Sangat suka. Aku masih kepikiran soal ayahnya Jane yang dengan kata lain adalah ayahku juga. Aku masih tidak percaya dengan hal itu.”, aku menghentikan bicaraku. Ibu terlihat sedang mendengarkan keluh kesahku. “Ma, apa ibunya Jane yang merebut ayah dari mama??”
“Mama tidak tahu sayang. Untuk mama, itu sudah menjadi masa lalu mama. Waktu bertemu lagi dengannya, mama memang kaget. Mama gak nyangka bisa bertemu dengan dia lagi. Tapi, mama tidak berharap apa-apa sayang. Mama saat ini sudah hidup bahagia dengan kamu. Asalkan dia tidak mengganggu kehidupan mama sekarang, maka mama pun tidak akan mengambil pusing. Mama mengerti, mungkin kamu masih syok karena bertemu dengan ayahmu. Tapi, mama minta, bukalah hatimu sayang. Jangan membenci orang lain. Anggap saja ini semua sudah menjadi takdir dari Tuhan.”
“Tapi ma, aku masih tidak bisa terima ma. Kalau memang ibunya Jane yang merebut ayah dari mama, berarti dia juga yang telah membuat papa berkeinginan untuk membunuhku!”
“Sayang, semua sudah ada jalannya dari Tuhan. Jadi cobalah jangan salahkan orang lain atas apa yang terjadi dalam hidup kita. Cobalah berpikir positif.”
“Bagaimana bisa aku berpikir positif ma kalau memang kenyataannya tidak ada hal positif yang bisa ku pikirkan?”, ujarku agak sedih
“Sayang, mungkin kamu hanya membutuhkan waktu saja untuk semua ini. Mama yakin, kamu anak yang baik dan pemaaf. Mama membawa kamu ke sini, supaya kamu bisa lebih menenangkan dirimu. Kamu boleh kok berteriak sekencang-kencangnya mengeluarkan semua kekesalanmu. Teriak saja sepuasmu, yang dengar juga paling yang ada di pulau ini saja kok. Mama pun akan mendengarkanmu dari sini. Mama akan mendengarkan keluh kesahmu.”, kata ibuku sambil membelai rambutku dan tersenyum lembut ke arahku.
Aku bangkit berdiri dan berjalan agak ke tepi pulau. Aku menarik nafas dalam-dalam dan bersiap-siap untuk berteriak sekencang-kencangnya.
“AKU BENCI PAPA!! PAPA YANG UDAH BUAT SYENA SEPERTI SEKARANG INI! PAPA SUDAH MEMBUAT SYENA MENDERITA SEUMUR HIDUP SYENA!! KARENA PAPA, SYENA HARUS MENANGGUNG MALU DAN MENERIMA HINAAN DARI ORANG LAIN!!! PAPA JAHAT! SYENA BENCI SAMA PAPA!! PAPA UDAH NINGGALIN MAMA! PAPA UDAH BUAT SYENA CACAT SEUMUR HIDUP!! PAPA JAHAT! PAPA LEBIH MEMILIH WANITA LAIN DARIPADA MAMA!! SYENA BENCI PAPA!! SYENA BENCIIIIIII!!!!”, teriakku sekencang yang aku bisa. Aku kelelahan, kepalaku terasa pusing, pandanganku mulai kabur dan menggelap. Aku pingsan.
Aku terbangun. Aku membuka mataku perlahan. Dimana aku?Aku kebingungan melihat sekelilingku. Ini bukan di kamarku. Dimana ya ini? Tiba-tiba, pintu terbuka. Kulihat ibu masuk ke kamar.
“Kamu sudah sadar sayang??”, Tanya ibu dengan raut muka khawatirnya.
“Memangnya Syena kenapa, Ma? Dan ini ada di mana?”
“Kamu kemarin pingsan karna terlalu lelah berteriak. Kamu lupa ya kalau kita sedang menginap di pulau??”
Aku mencoba berpikir. Mengingat-ingat yang terjadi kemarin. Oh! Aku ingat! Iya kemarin itu, aku datang ke sebuah pulau bersama ibu. Dan terakhir aku sedang berteriak di pinggir pantai. “Aku ingat, Ma.”, ujarku sambil tersenyum manis.
Ibu tersenyum. “Kamu sarapan dulu ya sayang? Mau sarapan di luar atau mama bawakan ke dalam?”
“Di luar aja deh. Mama juga temani Syena sarapan ya?”
Aku keluar kamar dan sarapan bersama ibu. Setelah kejadian aku pingsan itu, aku lebih menghabiskan waktu untuk bermain bersama ibu. Memang di pulau itu tidak ada apa-apa. Namun aku dan ibu tidak bosan-bosannya. Beberapa kegiatan kami di pulau adalah, memetik mawar yang ada dan merangkainya menjadi buket bunga yang indah. Begitu juga dengan bunga tulip yang ada. Lalu juga ibu mengajarkanku caranya merajut. Tak lupa, aku pun melukis. Dan kali ini, objekku adalah ibuku sendiri. Tak terasa, lebih dari satu minggu sudah berlalu sejak hari kedatanganku. Dan kami pun pulang pada hari ke sepuluh. Karna sebentar lagi, aku akan masuk sekolah lagi.
***
Hari pertama masuk sekolah, aku malas untuk bertemu dengan Jane. Awalnya aku tidak ingin masuk sekolah, tapi ibu menasihatiku bahwa aku harus bersikap dewasa dalam segala hal. Maka aku masuk sekolah dengan agak terpaksa. Ketika aku masuk kelas, Jane belum datang. Aku sangat lega dan berdoa bahwa ia tidak akan masuk sekolah. Aku berjalan menuju bangku ku yang biasa. Aku duduk dan termenung di sana. Aku mendengar ada langkah kaki datang. Aku melihat ke arah pintu, Jane datang. Aku tak tahu harus berbuat apa. Dan ku putuskan aku hanya diam, tidak akan berbicara sepatah kata pun padanya.
“Syena.. Kamu kemana saja? Aku mencarimu. Aku bahkan tidak bisa menghubungi ponselmu. Aku kebingungan mencarimu kemana-mana. Aku sangat tidak tenang selama liburan. Aku memikirkan keadaanmu. Aku mengerti perasaanmu.”, ucap Jane panjang lebar. Tapi aku tetap saja mengacuhkannya.
“Syen, kamu tidak mau berbicara denganku ya?”, Tanya Jane dengan nada sedih. “Baiklah kalau kamu tidak mau berbicara denganku, tapi aku berharap kau akan mendengarkanku. Papiku menjelaskan semuanya kepada aku dan mamiku hari itu juga. Mamiku sangat terkejut, karena ia sama sekali tidak tahu hubungan antara papiku dan ibumu dulu. Dan sekarang pun, orang tua ku sedang bertengkar. Mamiku berkata ia akan memaafkan papiku kalau papi sudah mendapatkan maaf dari ibumu dan juga kamu. Kamu jangan marah sama aku lagi ya Syen?”, rayu Jane masih dengan nada sedih.
Aku tetap saja mengacuhkannya. Bahkan sampai pulang sekolah pun, aku sama sekali tidak menghiraukannya. Aku pun tidak melihat kearahnya sedikitpun. Sampai di gerbang, ibuku sudah menjemputku. Aku tidak berbicara apa-apa dengan ibuku dan ia tampak mengerti dengan tidak bertanya macam-macam kepadaku.
Hari-hari di sekolahku berjalan seperti itu setiap hari. Jane masih ingin berbicara denganku, namun ketika ia berjalan mendekatiku, aku akan berjalan menjauh dan menghindarinya. Sejujurnya, aku pun merasa tidak lagi ada semangat untuk sekolah.
Suatu hari, aku tidak masuk ke sekolah. Aku bosan dengan suasana sekolah yang menurutku agak monoton dan tidak memberikanku semangat apa-apa. Aku seharian berdiam diri di kamar, mencurahkan perasaanku ke dalam diary ku. Aku mengutarakan betapa aku bingung dengan semuanya ini. Aku bingung, bagaimana mungkin kalau ibunya Jane tidak mengetahui hubungan ayah dengan ibuku? Apa ayah merupakan dalang semuanya? Ia yang sengaja menutupi hubungannya dengan ibu? Karena ia tidak ingin menyakiti ibunya Jane dan ia memilih untuk menyakiti ibuku?? Ayah memang lelaki yang jahat! Aku benci dia!!
Lalu samar-samar aku mendengar suara lelaki dari luar. Letak kamarku ini memang dekat dengan ruang tamu, hanya saja letak kamarku ini berada di tingkat dua. Tapi jika ada orang yang sedang berbicara di ruang tamu, samar-samar akan terdengar suaranya olehku. Aku membuka sedikit pintuku, dan mencoba untuk mendengarkan percakapan dari bawah. Aku tak tahu, ibuku berbicara dengan siapa.
“… Aku sudah memaafkan mu kok… Maafkan Syena juga ya, dia terlalu emosi. Namanya juga remaja, emosinya masih belum terkontrol sepenuhnya…”
Rasanya darahku ini sudah naik sampai ke puncak kepalaku. Bagaimana bisa ibu memaafkan ayah dan bahkan sampai merendahkan diri di hadapan ayah dan meminta maaf atas sikapku. Aku sudah tidak sabar! Aku langsung turun kebawah dengan cepat dan menghampiri ayah. Aku marah-marah kepadanya. Ibu yang kebingungan karena aku marah-marah, mencoba menenangkanku. Ia menarikku dan memelukku.
“Sampai kapanpun, aku tidak akan memaafkan orang yang sudah melukai ibuku dan sudah membuatku cacat seumur hidupku!!”
“Syena.. Syena.. Syena sayang dengarkan mama!!”, bentak mama. Aku diam dan menatapnya. “Sayang, jangan marah-marah lagi. Kamu dengarkan dulu penjelasan dari ayahmu ya?”
“Nggak ma! Gak ada lagi yang perlu di jelaskan! Semua sudah jelas! Dia yang membuatku cacat dan kemudian dia meninggalkan kita dan menikah dengan wanita lain!!”
“Syena.. Bukan begitu kejadiannya, nak.”, ujar ayah berusaha menjelaskan kepadaku. “Saat itu, kakek nenekmu ada masalah dengan keuangan mereka. Jalan keluar satu-satunya adalah dengan menikahi Tante Rosa, anak dari teman kakekmu, yang sekarang menjadi ibunya Jane. Saat itu keadaan papi sangat terpaksa. Papi sudah menolak, bahkan saat kamu lahir ke dunia ini, papi tidak bisa menggendongmu dan menemui mama mu. Papi sempat melihatmu ketika kamu berada di kamar bayi. Papi menyesal dan sangat sedih melihat keadaanmu. Saat itu, papi ingin membunuhmu karena papi tidak ingin menyakiti mama mu karena papi akan di nikahkan dengan orang lain. Saat papi tahu kamu masih lahir dengan selamat, kamu menjadi harapan papi untuk menikah dengan mama mu. Tapi sulit, sangat sulit saat itu. Papi ingin sekali memelukmu saat melihat Syena kecil, tapi papi harus buru-buru pergi karena saat itu papi sedang kabur dari rumah karena papi enggan di jodohkan dengan Tante Rosa. Namun sulit memang kabur dari kakekmu. Ia bisa dengan mudahnya menemukan papi. Sampai akhirnya, papi dipaksa menikah dengan Tante Rosa. Papi sudah tidak bisa menolak, apalagi ketika papi mendengar kabar bahwa mama mu sudah di kirim keluar negeri. Cinta papi saat itu sudah pergi, papi seperti sudah tidak ada kekuatan untuk hidup. Maka papi menerima Tante Rosa sebagai istri papi. Papi harap, kamu bisa mengerti.”
Aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku berlari naik ke kamarku. Aku kembali mengurung diriku di dalam kamar. Apa benar yang papi bilang tadi? Aku bingung. Aku tidak bisa berpikir. Maka aku memutuskan, akan pergi ke panti dan bertemu dengan bunda. Semoga saja, di sana aku bisa menenangkan diriku. Aku meminta ijin kepada ibu. Ibu mengijinkanku dan ibu sendiri yang mengantarkanku ke panti.
Sesampainya di panti, ibu berpesan kepada bunda bahwa ia menitipkan aku di sini untuk beberapa hari atas permintaanku sendiri. Dan ibu juga berpesan padaku, hubungi ia kalau aku sudah ingin pulang. Aku mengangguk. Ibu mencium keningku dan ia segera berlalu. Aku masuk ke dalam kamarku yang biasa dan beristirahat, karena bunda pun menyuruku demikian.
Keesokan harinya, aku menjalani keseharianku seperti biasa. Seperti aku masih berada di panti seperti dulu. Aku bermain dengan anak panti lainnya, melepas rindu bersama mereka. Dan pada sore harinya, aku bertemu dengan bunda. Aku menceritakan semuanya kepada bunda. Aku memberitahunya bagaimana aku bertemu dengan ayahku, siapakah ayahku sekarang, tentang Jane, dan penjelasan yang ayahku berikan.
“Aku bingung bunda. Apakah yang papa katakana itu benar?Apa Syena harus memaafkan orang yang sudah hamper dan bahkan berniat membunuhku?”
“Syena, memaafkan orang tidak ada salahnya, apalagi kalau orang itu adalah keluarga kita. Sejahat-jahatnya orang itu kepada kita, cobalah memaafkannya. Tidak pernah ada salahnya memaafkan orang lain. Memang pasti bagimu itu membuat kehidupanmu terasa berat, tapi ingat Syena masalah datang untuk mendewasakan kita. Dengan adanya masalah ini, dan sebagaimana dirimu saat ini, bunda yakin kamu bisa mengerti keadaan orang-orang di luar sana. Dan dengan begitu kamu lebih bisa menghargai perasaan orang lain dan bahkan kamu bisa merasakan perasaan orang-orang yang kekurangan atau pun tertindas. Banyah hikmah yang bisa kamu ambil dari masalah ini sayang.”
Syena memikirkan berulang-ulang kata-kata dari bunda. Memang nasihat bunda sederhana, namun artinya cukup dalam. Memang ada benarnya dari kata-kata bunda, dengan begitu aku bisa merasakan perasaan orang-orang yang tertindas dan kekurangan sepertiku. Apalagi saat ini sangat banyak orang-orang seperti itu di dunia ini. Aku terus dan masih memikirkan semuanya beberapa hari. Sampai pada akhirnya aku siap dan aku menelepon ibu untuk menjemputku ke panti.
Sesampainya di rumah, aku berkata kepada ibuku bahwa aku ingin bertemu dengan ayahku. Ibu terlihat sangat senang, semuanya terlihat dari raut wajahnya yang berseri-seri. Ibu bilang bahwa ia akan menghubungi ayahku dan menanyakan apakah ia bisa datang besok.
***
Keesokan harinya, ayah datang bersama dengan Jane dan ibunya. Aku sampai lupa bahwa hari ini adalah hari minggu, maka tak heran Jane bisa datang ke sini. Aku bingung harus memulai dari mana. Kami semua diam beberapa saat. Aku mengalihkan pandanganku kepada ibuku. Dan ibu memberikan kode kepadaku agar aku memulai pembicaraan. Aku betul-betul bingung apa yang harus ku katakana pertama kali sebagai kata pembuka?
“Hmm.. Aku..”, lalu aku terdiam beberapa saat, agak berat untuk mengatakan ini semua. Tapi aku harus bisa! “Aku.. Aku memaafkan papa..”, ujarku di iringi suara nafas legaku. Ku edarkan pandangan ke sekelilingku, mereka semua tampak sangat senang dengan senyuman lebar dari bibir mereka.
Ayahku tampak bangkit berdiri dan menghampiriku, ia memelukku. Air mata ini tidak tertahankan, pelukan dari seorang ayah yang selama ini aku dambakan. Akhirnya aku dapat merasakan bagaimana rasanya di peluk seorang ayah. Bagaimana rasanya memiliki seorang ayah dalam hidup ini. Aku pun memeluk ayah dengan erat.
“Maafkan papa ya sayang. Atas apa yang telah papa lakukan dulu. Papa janji, papa akan menjaga kamu dengan baik mulai sekarang sampai papa tua nanti.”
Aku tersenyum. “Terima kasih, pa.”. Aku melihat ibuku, matanya pun berkaca-kaca. Aku sedikit kagum dengan ibuku, dia tampak sangat tegar walaupun saat ini di hadapannya, ada pria yang di cintainya datang bersama keluarganya. Ibu merangkulku dan membelai rambutku.
“Kamu memang anak kebanggaan ibu, sayang.”, bisik ibu.
“Syena, tadi aku sudah berbicang-bincang dengan papi dan mami, bagaimana kalau kamu tinggal di rumahku? Aku kesepian di rumah. Aku sangat senang begitu tahu bahwa ternyata aku mempunyai saudara. Maukah kamu tinggal bersamaku??” , Tanya Jane dengan mata berbinar.
“Tapi.. Bagaimana dengan mama? Aku gak mau meninggalkan mama sendiri di sini.”
“Tentu saja mama mu pun boleh tinggal bersama kami. Kami akan menjadi sebuah keluarga besar nantinya.”, ujar ibunya Jane.
Aku kembali di buat bingung oleh keadaan. Bagaimana mungkin ibuku harus tinggal seatap dengan lelaki yang di cintainya dan juga dengan istri dari lelaki itu?? Aku melihat ke arah ibu.
“Terserah kamu saja Syen. Ibu nggak masalah kok. Asal kamu senang, ibu juga pasti senang. Lagipula, jarak dari sini ke rumah Jane juga tidak begitu jauh. Jadi kalau kamu ingin tinggal di sana pun ibu masih bisa sering mengunjungimu ke sana.”
Aku tetap tidak tega dengan ibu. Maka aku sudah membuat keputusan. “Maaf. Aku rasa, lebih baik aku tetap di sini saja. Lagi pula tadi ibu pun bilang bahwa jarak rumah ku dengan Jane tidak begitu jauh, jadi ku rasa kita masih bisa bermain bersama Jane. Misalkan pulang sekolah aku bermain ke rumahmu begitu juga sebaliknya.”, ujarku sambil tersenyum kearah Jane.
“Baiklah Syena kalau itu keputusanmu. Aku menghargai keputusanmu. Tapi janji sering-sering bermain bersama ya?”
“Pasti kok Jane. Kita kan saudara.”
Kami semua tampak sangat senang dengan kebersamaan ini. Kami mengakhiri pertemuan kami ini dengan makan malam bersama di rumahku. Rupanya ibu sudah menyiapkan semuanya tadi bersama bibi.
***
Semoga kebahagiaan itu akan berlangsung selamanya. Dan kedamaian selalu menyertai mereka.
Pertanyaan yang di lontarkan dari ku untuk kalian :
1. Bagaimana keseluruhan cerita? Nice? Interesting? Ato biasa wae??
2. Apakah kalian masih ingin cerita ini di lanjutkan? Karena piNk kepikiran untuk melanjutkan cerita, tapi dengan Jane version. Ini kan Syena version :) Atau cerita baru aja gitu?:)
3. Apakah setiap part yang ada terlalu panjang? Ato kalian lebih memilih membaca yang sedikit2, tapi banyak part?
*di jawab di komen plisss ^^ *
Dan sebagaimana biasanya di novel2 ya *walo ini bkn novel* kan ada tuh ucapan cuap2 dr sang penulis. Biasanya ada di awal cerita, nah bedanya ini di akhir cerita.
*anggap aja ini emo lg pidato bkn nyanyi lol*
Cerita ini di awali dari penggalan cerita-cerita nyata yang ada di sekitarku. Diawali dengan cerita free sex yang berujung kehamilan di luar nikah. Di sambung dengan cerita seorang gadis yang cacat, dengan moral cerita walaupun di mata orang lain kita ini cacat dan berkekurangan namun pada dasarnya ada hal lain yang bisa kita lakukan sebagai talenta kita yang lain.
Di lanjutkan dengan gimana kita mencontoh peran utama dalam cerita dengan memaafkan orang lain. Dan juga mencontoh Jane dengan berteman tanpa memandang kekurangan teman kita. Dan pastinya masih banyak lagi yang bisa di ambil dari moral cerita di atas kalau kalian jeli :D
So, *ehem formal nii formal ceritanye* I would like to thank to Jesus, cuz He gives me a lot of inspirations. Dan juga selesainya cerita ini tak lepas dari semua yang sudah berkomen ria di mari.. Dari part1 sampe part2&3. Yah meski masing2 part-nya serba panjang tp kalian tetep baca :) Makasih ya..
yowes.. maturnuwun mas2, mbak2, bapak2, ibu2, om2, tante2, kakak2, adik2, dan saudara/i :)
Okay, I have to continue my work NOWWWWWWWW.. But, I'm hungry now..
25 comments:
nice... NICE...
gitu aja dech, hehe... berbakat jadi penulis kau ternyata!! (cozy) Keep writing, and sharing your imagines ;)
bagus2.
*applause
kereen ...
buat cerita yang lain juga dong kk ..
hhe . :D
gimana kalo bikin cerpen aj biar kagak kenyang bacanya?
baguuzz liiv.. hehehe.. gla klo cerpen gw d bandingin ma cerpen u yg ni,msi kala jauhhh de cerpen gwe.. hehehe.. :)
buat crita baru aja liiv.. :D
syukurlah jane & syena dapat menerima, ga nyangka klo endingnya begini :D, pink berbakat jadi novelis lho, semangat nulis cerpen pink, ceritanya ga kepanjangan kok, semangat ya :)
ok..aq jawab pertanyaanmu dsini yach..^^
1.bagus..gwe suka ceritanya,
2. kalau menurut gwe sih enaknya buat cerita yg baru aja lagi,
3. kayaknya udah pas deh,ga terlalu panjang kok partnya..^^
ok segitu aja deh, gue tunggu cerita loe yg lainnya yach (^__~)v
kyagnya klo pke versi nyokapnya seru dhe ^^
Wih,happy ending nih!Bagoes!Kasian Syena-nya kalo mesti sad ending.
Bikin cerpen" lagi ajah!Tapi temanya yang beda,biar yang baca gak bosen,n' sekalian nyoba genre" yang baru.Keren tuh!;)
akhiirnya siposting juga nih part 4 nya.. haha..
wah, gak nyangka kalo endingnya bakal begini, untungnya syena mau menerima..
jadi hepi ending deh.. :D
siip!
oiiya, ini aku jawab:
1. PERFECT!! hehe..
2. bikin baru lagi aja.. yg ini kek udah jadi satu paket cantik, bagusan sampe situ ajah,,
3. ga kepanjangan koq..
ditunggu cerita selanjutnya yaa...
:D
Hmmmm, gimana ya Pink...
Gue mw komen takut salah, hihii...
Tapi saran gue sih bikin yang pendek2 aja, nggak pake bersambung gitu, jadi enak dibaca juga, heheheh....
Jangan marah ya, cuma saran kok...
Horee...Happy Ending...
Kamu jago nulis, bikin buku ato novel aja..
O iya jwb prtnyaannya ya..
1.Sudah jelas bagus
2.Bikin baru aja
3.Gak terlalu kok, segini uda cukupan n dibuat part aja lbih seru..
hmm... buat pertanyaannya, gw jawab aja.
1. Nice! really nice!
2. kalo mnurut gw sih, mendingan cerita baru aja... biar beda gitu lah. hehe..
3. yah, kalo bisa milih sih mendingan yang sedikit2 tp ga trlalu byk part, sepertinya bgitu kalo pndapat gw.
hehe. sekedar saran aja sih... ^^v
1.nice!
2.cerita laen aja lagi
jgn yang jane story
3.terserah sih mau dibagi2 kyk gemana,yang pentink ceritanya asik
1.nice!
2.cerita laen aja lagi
jgn yang jane story
3.terserah sih mau dibagi2 kyk gemana,yang pentink ceritanya asik
1.nice!
2.cerita laen aja lagi
jgn yang jane story
3.terserah sih mau dibagi2 kyk gemana,yang pentink ceritanya asik
kalo aku lebih ke persoalan komposisi, maaf banget ya... jujur belum aku baca karena aku kopi dulu ke word, terus terang biar mataku yang ngebaca enak, sori banget tulisan berwarna pink kurang nyaman mengingat panjangnya durasi cerita
wah aku lum sempat bc
nti lw aku dh bc aku bkl komen age
ne aja aku copas ke word
tau gak berapa hal
32 hal lho
gile abiz
ne ma aj aku bc novel kali ych
hehehe
teruslah berkarya ych
nti lw ada cerita baru age cih tau aku ych
arigatou gozaimasu
Oliphooo!!!Mantaps!!!Maap br sempet liat part 4 ny...^^
Bwt crta lain aja...
Jgn bwt yg versi org lain....
Gw sih gak mslh d lu mo bwt bersambung kyk gmn..ttp ja asik"aja..
Kan tgtung crta ny..XD
Pink, aku koment nih.
Bagus kok ceritanya. Tapi kalau saran boleh gak?
Kalau ceritanya sih gak usah kasih saran, udah bagus kok.
Mendingan postingnya jangan panjang-panjang, sedikit-sedikit, biar agak penasaran gituh ... Kalau kebanyakan jadi males baca hehe.
Terus kalau Pink berkenan, kan bagroudnya udah warna Pink tuh, aku jadi agak susah bacanya, menurut Pink kalau huruf-hurufnya di ganti jadi hitam gimana ? biar tulisannya keliatan gituh.
Maaf nih, kalo ada kata2 yang kurang berkenan. :)
Sukses
Warm Regards
Sob, cobalah mengerti perasaanku.
Hatiku ini serapuh bunga kapas yang mudah terombang-ambing dan terlempar dari tangkainya.
Aku membaca kisahmu, gak ku ku gito loh.
Secara aku ini orang Indonesia, gak pernah dibiasakan untuk membaca buku/cerita yang panjang2. Tapi kalo setebal novelnya Jackie Collin si boleh2 aj d...
Cheers, frizzy.
hellow kak.
sebagai kutu buku,menurut aku content kakak lumayan banyak,tapi acceptable.
tapi,endingnya udah ketebak gitu lah.kurang bikin suspense ato twist gitu.jadi kelihatan agak2 sama gitu dari cerpen2 yg lain..sorry ya..
tapi,aji gile,sebagai pemula,99 poin deh:D:D
keren bangeeeettt
bikin yg jane version duunkkk
Post a Comment